Beranda Warta Pedesaan Desa Kertayasa Pangandaran, Desa Tertinggal jadi Desa Maju Karena Pengelolaan Wisata Alam

Desa Kertayasa Pangandaran, Desa Tertinggal jadi Desa Maju Karena Pengelolaan Wisata Alam

137

Modusinvestigasi.online, Pangandaran – Sebuah desa tertinggal di Kabupaten Pangandaran berubah menjadi desa maju karena potensi wisata alam yang dimiliki dikelola secara maksimal. Desa tersebut adalah Desa Kertayasa di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Bahkan Desa Kertayasa pernah dipromosikan menjadi salah satu Desa Wisata unggulan Jawa Barat oleh Ridwan Kamil.

“Potensi alam yang dimiliki dikelola dengan baik oleh masyarakat dan Pemerintah Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Guha Bahu,” kata Drs.Abdul Rohman selaku Kades Kertayasa,”Sabtu pekanlalu.

Abdul Rohman menambahkan, BUMDes di Desa Kertayasa memaksimalkan layanan wisata alam body rafting dan track body rafting di Cukang Taneuh atau Green Canyon.

“Desa Kertayasa juga pernah terpilih sebagai Desa Wisata terbaik Indonesia tahun 2019 dengan kategori Desa maju,” tambahnya.

BUMDes Guha Bahu memiliki wisata sungai biru tosca Green Canyon, kuliner, seni dan kerajinan menjadi unggulan pariwisata kelas dunia.

“Semula Desa Kertayasa belum diketahui orang banyak, karena BUMDes berhasil menyulap lokasi yang dianggap angker menjadi sebuah wisata yang didambakan,” ujarnya.

Kondisi sungai yang jernih, pepohonan rimbun, tebing karst, air terjun kecil, hingga bebatuan yang tampak unik jadi daya tarik pengunjung untuk datang ke Desa Kertayasa.

“Wisata unggulan seperti body rafting ada dua track yakni track panjang 10 kilometer dan track pendek dengan jarak 5 kilometer,” paparnya.

Tiket yang disediakan oleh pengelola cukup terjangkau mulai dari Rp200 ribu hingga Rp250 ribu.

Bahkan harga itu sudah mencakup perjalanan menggunakan mobil, perahu, makan, asuransi, dan body rafting dengan pemandu berpengalaman.

Sementara Ketua BUMDes Guha Bahu Teten menjelaskan, peserta body rafting minimal lima orang. “Waktu tempuh menikmati body rafting sekitar 4 hingga 5 jam,” kata Teten.

Selama mengikuti kegiatan body rafting diwajibkan memakai helem, sepatu karet sehingga pengunjung tidak khawatir saat berjalan atau berenang di area bebatuan.

“Sepanjang perjalanan, pengunjung akan dimanjakan dengan hijaunya dedaunan dan air sungai yang jernih serta menyegarkan,” pungkas Ketua BUMDes Guha Bahu Desa Kertayasa ini.*(Budi).